Teori Asam Basa, Cek Disini!!!

Teori Asam Basa

Teori Asam Basa dalam teori tersebut menyadari bahwa dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang kita menemukan senyawa asam basa. Mulai dari adanya makanan bahkan hingga barang-barang yang digunakan bagi keperluan sehari-hari.

Salah satu contoh dari mudahnya adalah detergen atau sabun yang digunakan untuk kegunaan mencuci pakaian. Detergent tersebut memiliki zat dengan sifatnya adalah basa.

Perlu diketahui, bahwa asam basa adalah larutan elektrolit. Larutan tersebut sudah dikenal pula karena memiliki ciri yang khas. Yaitu berupa adanya asam dan memiliki rasa yang masam, contohnya seperti adanya vitamin C, cuka dan lain sebagainya.

Sedangkan basa adalah senyawa yang memiliki rasa pahit, dengan memiliki tekstur licin apabila dipegang. Contohnya seperti pasta gigi, kapur sirih  hingga detergen, Mengenai asam basa, beberapa ahli pernah mengemukakan pendapatnya mengenai teori asam basa. Yuk simak penjelasannya hingga akhir dari artikel dibawah ini!

Teori-teori Asam Basa Menurut Para Ahli

Para ahli mengemukakan bahwa pendapatnya mengenai teori asam basa. Setiap ahli memiliki pandangan yang berbeda-berbeda, sehingga dapat menciptakan teori-teori asam basa. Berikut beberapa teori asam basa menurut para ahli.

1. Teori Asam Basa Arrhenius

Teori pertama yaitu asam basa aini yang  dicetuskan pertama kali oleh seorang ahli kimia berasal dari Swedia bernama Svante Arrhenius. Teori ini sudah menghubungkan sifat keasaman dengan ion hidrogen atau H+ untuk pertama kali dicetuskan pada tahun 1884.

Menurut teori Arrhenius, asam Arrhenius adalah zat yang jika dilarutkan dalam air, maka air tersebut sudah menghasilkan ion H+ dalam larutan tersebut. Contohnya adalah ketika asam klorida atau HCI serta asam asetat atau CH3COOH dilarutkan, dengan adanya persamaan reaksi yang terjadi dari asam klorida serta adanya asam asetat sebagai berikut.

HCl (aq) → H+ (aq) + Cl (aq)

CH3COOH (aq) → Ch3COO– (aq) + H+ (aq)

Berdasarkan dari adanya persamaan reaksi yang terjadi tersebut, maka diperoleh ciri khas yaitu berupa pelarut air zat tersebut yang mengion kemudian berubah menjadi hidrogen dengan adanya muatan positif dengan lambing H+ serta ion dengan memiliki muatan negative  disebutkan pada sisa asam.

Sedangkan menurut teori Arrhenius, basa adalah zat yang jika dilarutkan dalam air maka akan menghasilkan ion OH-. Contohnya adalah ketika adanya natrium hidroksida atau NaOH serta ammonium hidroksida atau NH4OH, dilarutkan maka akan terjadi  yang namanya persamaan reaksi basa pada larutan tersebut sebagai berikut.

NaOH (aq) → Na+ (aq) + OH– (aq)

NH4OH (aq) → Nh4+ (aq) + OH– (aq)

Basa dalam larutan natrium hidroksida berupa amonium hidroksida akan menghasilkan banyak ion OH- dan kemudian disebut sebagai basa kuat. Sedangkan, larutan yang menghasilkan sedikit dari adanya ion OH- dapat disebut sebagai basa lemah. Namun tidak semua senyawa dalam rumus kimia tersebut berupa gugus hidroksida dan termasuk dalam golongan basa.

Kesimpulan Teori Arrhenius

Secara singkat, itulah teori Arrhenius yang dapat diperkenalkan oleh Svante August Arrhenius. Teori ini juga memiliki kekurangan atau kelemahan, di mana teori ini hanya bisa digunakan pada penggunaan air sebagai pelarut saja.

Dapat disimpulkan, bahwa teori Arrhenius ini menyatakan bahwa adanya senyawa asam merupakan senyawa yang bisa melepaskan ion H+ atau ion hydronium H3O+ apabila dilarutkan dalam air. Sedangkan senyawa basa berupa senyawa yang melepaskan ion OH- jika dilarutkan di dalam air.

2. Teori Asam Basa Bronsted dan Lowry

Teori asam basa yang kedua merupakan teori asam basa yang muncul agar dapat menyempurnakan kekurangan yang ada pada teori Arrhenius. Yaitu adanya keterbatasan pelarut, yaitu hanya senyawa air saja serta bisa menjelaskan reaksi dari asam basa yang terjadi pada fase cair, gas, serta fase padat pula. Ketika adanya senyawa asam klorida atau HCl dilarutkan dalam air, maka asam klorida tersebut bisa larut sempurna serta menghasilkan sebuah ion baru.

Sebelum lanjut membahas teori asam basa Bronsted dan Lowry lebih lanjut, teori ini dicetuskan untuk tahun 1923 oleh J.N Bronsted yaitu seorang ahli kimia yang berasal dari Denmark bersama dengan T.M Lowry yaitu ahli kimia yang berasal dari Inggris. Bronsted serta Lowry yang mendefinisikan asam menjadi sebuah donor proton atau ion hidrogen sedangkan basa merupakan akseptor dari proton atau ion hydrogen.

Menurut teori asam basa dari Bronsted dan Lowry, asam adalah senyawa yang mampu memberikan proton H+ untuk senyawa lain dan disebut sebagai donor proton. Sedangkan basa adalah teori ini merupakan senyawa yang bisa menjadi penerima dari proton H+ untuk senyawa lainnya dan disebut pula sebagai akseptor proton.

Seperti contoh, ketika asam klorida dilarutkan di dalam air, maka asam klorida yang larut dengan sempurna akan menghasilkan ion yang baru. Namun tentu akan terjadi hal yang berbeda, saat senyawa asam klorida dilarutkan pada pelarut benzena atau C6H6. Maka, senyawa asam klorida dilarutkan untuk  pelarut benzena, senyawa asam klorida tersebut tidak akan bereaksi dan tentunya akan mengendap secara sempurna.

Kesimpulan Teori Asam Basa Lewis

Dari penjelasan diatas yaitu mengenai teori asam basa yang diusung oleh Lewis, maka bisa diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

Menurut Gilbert Newton Lewis, asam adalah sebuah molekul atau ion yang bisa menerima pasangan elektron. Sedangkan basa adalah sebuah molekul atau ion yang mampu memberikan pasangan elektronnya. Lewis  mampu menjelaskan teori asam basa dengan menjelaskan sifat asam, basa dalam pelarut baik air atau selain air serta bahkan bisa menjelaskan sifat asam dan basa tanpa pelarut sekalipun.

Dalam teori Lewis tersebut, asam juga memiliki peran sebagai pasangan elektron H+ saja, melainkan senyawa asam juga bisa berperan sebagai senyawa dengan orbital pada sebuah kulit valensi kosong seperti BF3.

Teori asam basa bronsted lowry asam didefinisikan sebagai zat

Teori asam basa Bronsted-Lowry dapat menjadikan transfer proton (H+) agar menentukan sifat asam atau basa suatu senyawa. Definisi asam menurut Bronsted-Lowry merupakan zat yang dapat menyumbangkan (donor) proton, sedangkan basa merupakan zat yang dapat menerima (penerima donor) proton.

Demikianlah ulasan mengenai teori asam basa. Semoga artikel ini bisa menambahkan pengetahuan anda mengenai teori asam basa. Yuk share tulisan ini agar memberikan banyak manfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *