Dasar-Dasar Asesmen Psikologis- Asesmen Psikologi adalah proses evaluasi individu yang meliputi tes psikologi dan wawancara untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki individu dalam rangka kebutuhan penilaian potensi psikologis dan pengembangan pegawai.
Pengertian Asesmen Psikologis
Asesmen psikologis adalah proses penilaian dan pengukuran yang dilakukan oleh seorang profesional psikologi terlatih. Tujuannya adalah untuk memahami dan mengukur berbagai aspek psikologis individu, seperti kepribadian, kemampuan kognitif, minat, dan gangguan mental. Proses ini melibatkan pengumpulan data dan informasi melalui berbagai teknik dan alat evaluasi.
Tahapan Asesmen Psikologis
1. Identifikasi Tujuan
Sebelum memulai asesmen, penting untuk mengidentifikasi tujuan dari proses tersebut. Apakah ini untuk menilai potensi seseorang dalam dunia pekerjaan, mengidentifikasi masalah psikologis, atau tujuan lainnya.
2. Pengumpulan Informasi
Proses selanjutnya adalah pengumpulan informasi. Ini dapat melibatkan wawancara dengan individu yang bersangkutan, pengisian kuesioner, observasi perilaku, dan pemeriksaan dokumen seperti catatan medis.
3. Penggunaan Alat Asesmen
Psikolog akan menggunakan berbagai alat asesmen yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan. Contoh alat asesmen meliputi tes psikometri, tes proyektif, dan kuesioner kepribadian.
4. Analisis Data
Setelah data terkumpul, psikolog akan menganalisis informasi yang diperoleh. Hasil asesmen akan diinterpretasikan dengan cermat untuk memahami karakteristik individu yang bersangkutan.
5. Pembuatan Laporan
Hasil asesmen akan dirangkum dalam sebuah laporan yang akan digunakan untuk memberikan rekomendasi atau diagnosis yang sesuai. Laporan ini biasanya mencakup temuan, analisis, dan saran tindak lanjut.
Manfaat Asesmen Psikologis
Asesmen psikologis memiliki manfaat yang besar, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan.
1. Pengembangan Diri
Dengan memahami kekuatan dan kelemahan pribadi melalui asesmen, individu dapat mengembangkan diri mereka secara lebih efektif. Mereka dapat fokus pada area yang perlu diperbaiki dan memanfaatkan potensi mereka yang belum tergali.
2. Pemilihan Karier
Asesmen psikologis dapat membantu individu dalam memilih karier yang sesuai dengan minat, bakat, dan nilai-nilai mereka. Hal ini dapat mengurangi tingkat kebingungan dan ketidakpuasan dalam pekerjaan.
3. Identifikasi Gangguan Mental
Bagi individu yang mengalami masalah mental, asesmen psikologis dapat membantu dalam mengidentifikasi gangguan dan memberikan dasar untuk perawatan yang tepat.
4. Perbaikan Hubungan
Dalam konteks hubungan interpersonal, asesmen psikologis dapat membantu individu memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik. Hal ini dapat meningkatkan komunikasi dan hubungan yang sehat.
Macam-macam Asesmen Psikologi
Asesmen psikologi juga bermanfaat untuk mengidentifikasi kecocokan individu dalam suatu posisi dan bidang kerja tertentu. Penilaian asesmen psikologi karyawan meliputi :
- Tes Psikologi
Tes Psikologi menggunakan serangkaian instrumen yang dijalankan untuk mengukur aspek-aspek yang tidak teramati secara langsung pada individu yang menyangkut aspek psikologi.
Tes psikologi mengungkap aspek-aspek potensi individu sehingga karyawan atau instansi dapat memahami kelebihan dan kelemahan karyawan dalam menempati posisi jabatan tertentu
- Wawancara
Wawancara psikologi dapat mengungkap kemampuan individu dalam perencanaan, motivasi, ambisi-ambisi pribadi dsb, untuk memperkuat data secara lisan. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara BEI (Behaviour Event Interview).
- Diskusi Kelompok Terarah (FGD)
Diskusi ini terutama mengungkap bagaimana kemampuan individu dalam bekerja sama, kepemimpinan, pengambilan keputusan, kreativitas dan kemampuan penyelesaian masalah, serta aspek-aspek lainnya.
Asesmen psikologis dapat dilakukan dalam beberapa konteks, yaitu :
- Konteks pendidikan.
Dalam konteks ini, asesmen biasanya dilakukan di sekolah atau lembaga pendidikan. Isu-isu yang ingin dijawab biasanya seputar bagaimana hasil belajar siswa ; apakah jurusan yang siswa pilih sesuai dengan bakatnya ; atau apakah siswa memiliki bakat tertentu.
Tes-tes psikologi yang dapat menjawab pertanyaan ini adalah tes kecerdasan, tes bakat, atau tes minat. Dalam praktik psikologi di sekolah, tes-tes ini dilengkapi dengan inventori kepribadian, wawancara, dan hasil observasi siswa di sekolah.
- Konteks pekerjaan.
Dalam konteks ini, isu yang ingin dijawab biasanya seputar apakah seseorang cocok untuk jenis pekerjaan tertentu yang tersedia dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Tes-tes yang digunakan untuk tujuan ini biasanya adalah tes tes kemampuan dasar, tes bakat khusus, dan tes kepribadian.
- Konteks klinik-konseling.
Fokus asesmen pada konteks ini adalah pada kajian intensif atas satu atau beberapa individu, dengan menggunakan berbagai metode, yaitu observasi, tes, wawancara, riwayat hidup, dan sebagainya.
Psikolog klinis biasanya melakukan asesmen untuk keperluan diagnosis, prognosis, dan penentuan intervensi yang tepat dalam bidang kesehatan jiwa. Psikolog klinis dapat bekerja di berbagai setting, seperti forensik, sekolah, atau rumah sakit.
Dalam menentukan cara asesmen dan alat tes yang digunakan, psikolog juga mempertimbangkan lingkungan kerja, klien, dan usia klien.
Tes yang paling sering digunakan dalam konteks klinis adalah skala Wechsler (WBIS, WAIS, WPPSI, WISC), kuesioner, dan skala rating untuk hal tertentu. Asesmen psikologis cakupannya lebih luas dibandingkan psikotes.
Dalam asesmen psikologis, asesor akan mengintegrasikan informasi-informasi yang diperolehnya dari berbagai sumber, seperti tes tertulis, tes menggambar, observasi, wawancara, atau riwayat hidup subjek.
Istilah psikotes (atau psychological testing) digunakan masyarakat untuk menggambarkan berbagai aktivitas dalam proses asesmen yang menggunakan pendekatan psikologis. Namun, psikotes sebenarnya hanyalah salah satu bagian dari proses tersebut.
Keseluruhan rangkaian kegiatan itu lebih tepat disebut sebagai Asesmen Psikologis atau Pemeriksaan Psikologis.
Pada dasarnya, psikotes sudah dapat memberi banyak informasi tetapi masih harus dilengkapi dan diuji lagi ketepatannya. Ada hal-hal yang kurang lengkap jika hanya digali lewat psikotes saja. Misalnya :
- Dalam penanganan anak dengan gangguan perilaku, tidak cukup hanya dengan melakukan psikotes, tetapi perlu pengamatan langsung dengan masuk ke dalam kelasnya.
- Dalam asesmen untuk penjurusan, tidak cukup hanya dengan melakukan psikotes, tetapi harus didukung oleh wawancara dengan siswa.
- Tetapi perlu dilengkapi juga dengan wawancara dan focus group discussion, dimana para calon pemimpin diminta untuk mencari dan memikirkan sebuah solusi atas suatu kasus.
- Dalam proses seleksi, wawancara kerja digunakan untuk menguji kesimpulan sementara yang diperoleh dari psikotes dan hasil pengamatan selama psikotes berlangsung.
Nah itulah informasi yang bisa kami bagikan mengenai Pengaruh Sosial dan Dinamika Kelompok, semoga informasi yang kami bagikan ini bermanfaat untuk kalian semua dan terima kasih telah membaca.