Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the wp-pagenavi domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /var/www/html/akreditasi.org/wp-includes/functions.php on line 6114

Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the loginizer domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /var/www/html/akreditasi.org/wp-includes/functions.php on line 6114

Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the schema-and-structured-data-for-wp domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /var/www/html/akreditasi.org/wp-includes/functions.php on line 6114
Radiografi dan Penjelasan - Akreditasi.org

Radiografi dan Penjelasan

Radiografi

Radiografi adalah salah satu pemeriksaan penunjang terpenting dalam menegakkan diagnosis dibidang kedokteran gigi. Pada umumnya radiografi dibidang kedokteran gigi diperlukan untuk mendapatkan suatu gambaran maksilofasial seperti maksila, mandibula dan struktur-struktur penunjangnya (Nasrulloh dkk, 2013).

Ada beberapa jenis radiografi secara umum yang sering digunakan saat ini di kedokteran gigi antara lain radiografi panoramik atau dikenal juga orthopantomography (OPG) atau memiliki nama lain panoramik tomografi dan radiografi yang tengah berkembang saat ini yakni CBCT 3-dimensi.

Kedua jenis radiografi ini dapat menyajikan sebuah gambar yang didalamnya terdapat representasi lengkap dari maksila, mandibula, gigi, TMJ dan sinus maksilaris berupa lobus alveolar (Pasler dkk., 2005).

Radiografi sangat dibutuhkan untuk melihat gambaran keadaan jaringan keras berupa tulang yang terdapat di rahang atas maupun di rahang bawah. Keadaan tulang dapat dinilai dari kualitas, misalnya pada terapi dental implant karena sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perawatan dental implant.

Selain itu, kualitas tulang juga dapat digunakan sebagai deteksi dini penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan osteoporosis (Mulyaningsih, 2008). Kualitas tulang ditentukan oleh morfometri, mikroarsitektur, geometri dan kekuatan (Compston, 2006).

Kualitas tulang Radiografi dan pengambilan gambar modilitas lainnya digunakan untuk mendiagnosis dan memantau penyakit mulut, serta untuk memantau perkembangan dentofasial dan kemajuannya atau prognosis terapi.

Pemeriksaan radiograf dapat dilakukan dengan menggunakan pengambilan gambar secara digital atau dengan film konvensional (American Dental Association, 2012).

Pemeriksaan radiograf secara konvensional terbagi menjadi pemeriksaan radiografik proyeksi intraoral seperti periapikal yang terdiri dari paralel dan bisekting, oklusal, bitewing, dan ektraoral seperti panoramik, lateral sefalometri dan Postero Anterior (PA) sefalometri (Miles, dkk, 2009).

Radiografi Periapikal

Radiografi Intraoral terbagi menjadi tiga tipe yaitu periapikal, bitewing, dan oklusal. Periapikal dan bitewing adalah yang paling sering digunakan dalam proyeksi di kedokteran gigi (Miles, dkk, 2009).

Dua teknik yang digunakan untuk radiografi periapikal antara lain teknik paralel dan teknik bisekting. Teknik paralel adalah metode yang sering menjadi pilihan, karena teknik paralel jarang menghasilkan gambar distorsi. Sedangkan teknik bisekting kekurangannya yaitu distorsi gambar.

Teknik bisekting digunakan pada pasien dengan lengkung palatal rendah dan juga anak-anak yang tidak mampu menyesuaikan dengan posisi teknik paralel (Farman & Kolsom, 2014).

Tujuan radiografi periapikal adalah untuk merekam seluruh gigi dan tulang pendukung, dan digunakan untuk mengevaluasi karies dan kehilangan tulang periodontal, serta membantu dalam diagnosis dan perawatan.

Radiografi intraoral dapat di hasilkan dengan menggunakan reseptor film atau digital (Williamson, 2009). Setiap foto radiograf periapikal biasanya menunjukkan dua hingga empat gigi dan didukung informasi yang rinci tentang gigi dan jaringan yang mengelilingi tulang alveolar (Whaites, 2009).

Indikasi utama radiografi periapikal adalah :

  • Untuk mendeteksi infeksi/ inflamasi bagian apikal.
  • Penilaian terhadap kondisi periodontal.
  • Setelah adanya truma pada gigi dan berhubungan dengan tulang alveolar.
  • Penilaian kehadiran dan posisi dari gigi yang belum erupsi.
  • Penilaian mofrologi akar sebelum pencabutan/ekstraksi.
  • Penilaian sebelum dan setelah operasi apikal.
  • Evaluasi mendetail dari kista apikal dan lesi lainnya dalam tulang alveolar.
  • Evaluasi setelah operasi implan (Whaites, 2009).

Tujuan radiografi periapikal adalah untuk menunjukkan struktur gigi termasuk pulpa, akar dan anatomi jaringan gigi pada satu film, maka diperlukan film yang terpisah untuk rahang maksila dan rahang mandibula (Lecomber & Faulkner, 1993).

Tujuan klinis radiografi yaitu dapat berfungsi sebagai pemeriksaan penunjang untuk melihat adanya penyakit maupun sejauh mana penyebarannya, memastikan dari tanda-tanda dan gejalanya, dan untuk memantau hasil perawatan, serta untuk memilih perawatan alternatif yang terbaik pada prognosis jangka panjang (Grondahl, 1992). Radiografi periapikal terdiri dari 2 teknik yaitu teknik paralel dan bisekting.

Radiografi Panoramik

Radiografi panoramik merupakan suatu jenis radiografi ekstraoral yang mencakup kedua maksila, mendibula dan struktur jaringan pendukungnya seperti antrum maksila, fossa nasalis, TMJ, prosessus kondilaris, prosessus koronoid dan os.hyoid yang dimuat dalam satu film (White dan Pharoah, 2014).

Radiografi panoramik merupakan suatu alat penunjang yang dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu kasus, seperti adanya fraktur rahang, evaluasi simetris atau asimetris dari TMJ ataupun mengetahui kedalaman karies (Manja dan Amaliyah, 2014).

Radiografi panoramik dapat digunakan sebelum dilakukannya suatu perawatan seperti melihat bentuk akar pada seluruh gigi dan mengetahui adanya kista. (Mudjosemedi dkk, 2015).

Prinsip kerja dari radiografi panoramik adalah pasien dalam keadaan diam sumber sinar-X dan film akan berputar mengelilingi pasien secara bersamaan dan berlawanan (Benson dkk, 2011).

Sebelumnya menentukan focal trough untuk mempengaruhi berputarnya alat sesuai dengan lengkung rahang pasien (White dan Pharoah, 2009). Pasien diinstruksikan untuk melepas perhiasan pada kepala dan leher.

Pasien sebelumnya menggunakan apron yang berisi timbal saat pasien terpapar, dagu pasien diposisikan di posisi pengganjal, kepala pasien berada dalam satu garis vertikal dengan posisi dagu, pasien diinstruksikan untuk oklusi sentrik dengan menggigit bite block yang diletakkan diantara gigi depan, dan posisi lidah berada di palatum (Korner dkk, 2007).

Radiopak atau bayangan putih menandakan kepadatan tulang yang tinggi. Radiolusen atau bayangan hitam menandakan bahwa sinar-X dapat menembus objek tersebut (Lestari, 2015).

Terdapat beberapa jenis radiografi panoramik yang umumnya digunakan antara lain:

  • Radiografi panoramik konvensional

Radiografi panoramik konvensional yaitu jenis radiografi panoramik yang dalam pembuatannya masih menggunakan proses manual yaitu secara kimiawi dengan cara mencelupkan film ke dalam cairan developer (Ardakani dkk, 2012).

  • Radiografi panoramik digital

Radiografi panoramik digital yaitu jenis radiografi panoramik yang dalam pembuatannya menggunakan alat digital dan langsung dapat dilihat pada komputer (Park, 2010).

Indikasi dari radiografi panoramik adalah :

  • Mengevaluasi trauma seperti adanya fraktur rahang.
  • Mengevaluasi ketidaksimetrisan TMJ.
  • Menentukan lokasi molar 3.
  • Mengetahui adanya Kelainan TMJ.
  • Mengetahui adanya suatu lesi seperti kista dan tumor.
  • Mengetahui adanya kelainan dental ataupun penyakit tulang.
  • Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen (Hatta dan Yunus, 2014).

Kontraindikasi dari radiografi panoramik adalah :

  • Untuk melihat lesi karies yang kecil.
  • Untuk melihat kelainan periodontal (White dan Pharoah, 2004).

Kelebihan utama dari penggunaan radiografi panoramik adalah memberikan gambaran secara luas mencakup kedua maksila, mandibula dan struktur jaringan pendukungnya seperti antrum maksila, fossa nasalis.

TMJ, prosessus kondilaris, prosessus koronoid, dan os.hyoid yang dimuat dalam satu film dengan dosis radiasi yang rendah dan waktu yang singkat dalam pengambilan gambar yaitu sekitar 3-4 menit (Fatemeh dkk, 2014).

Kelebihan lainnya dari radiografi panoramik adalah:

  • Gambaran area yang luas meliputi tulang wajah dan gigi.
  • Kedua prosesus kondilaris dimunculkan dalam satu film sehingga memudahkan dalam melakukan perbandingan.
  • Membantu menegakkan diagnosis yang meliputi evaluasi fraktur, adanya lesi dan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi pada masa gigi bercampur.
  • Dosis radiasi kecil jika dibandingkan dengan radiografi konvensional (Jenkins dkk, 2005).

Kekurangan dari radiografi panoramik adalah 

  • Gambar tidak menunjukkan detail anatomi yang baik dibanding radiograf periapikal intraoral.
  • Distorsi pada area caninus dan premolar.
  • Pasien yang tidak dapat menyesuaikan diri seperti melakukan gerakan akan mempengaruhi penyinaran sehingga dapat mempengaruhi hasil radiograf.
  • Teknik ini kurang cocok pada pasien anak dibawah umur enam tahun atau pasien yang mempunyai kemampuan terbatas karena perlu kooperatif dari pasien (Jenkins dkk, 2005).

Itulah pembahasan lengkap terkait radiografi., semoga bisa bermanfaat untuk kita semua, sekian terima kasih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *