Ilmu silvika menurut “The Society of American Foresters” dalam Onrizal (2009) adalah ilmu yang mempelajari sejarah hidup dan karakter jenis-jenis pohon hutan dan tegakan, dan kaitannya dengan faktor-faktor lingkungan.
Silvika adalah pengetahuan tentang sifat hutan dan pohon hutan, bagaimana mereka tumbuh, bereproduksi, dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan (Daniel et al, 1978).
Silvika adalah istilah yang digunakan untuk karakteristik yang mendefinisikan sejarah kehidupan, pertumbuhan, perilaku dan ekologi dari spesies pohon.
Silvika adalah cabang ilmu ekologi hutan yang mempelajari tentang kehidupan pohon-pohon dalam hutan, sejarah hidup dan sifat-sifat umum pohon-pohon dan tegakan hutan, dengan memperhatikan faktor lingkungan (USFS).
Silvika adalah cabang ilmu ekologi hutan yang mempelajari tentang karakteristik biologi individu dan komunitas pohon (Nyland, 1999). Jadi, silvika praktis sama dengan ekologi hutan. Oleh karena itu, Soerianegara dan Indrawan (1998) menyatakan bahwa silvika mendekati autekologi, yaitu salah satu cabang ekologi.
Perbedaan ekologi hutan dengan silvika hanyalah pada lawasan kajiannya, yakni ekologi hutan mempelajari hutan sebagai ekosistem (jadi lawasannya lebih luas), sedangkan silvika lebih terarah pada silvikultur dan lebih mendekati autekologi.
Dengan pengetahuan ekologi hutan dan fisiologi pohon yang tepat bisa ditentukan tindakan silvikultur yang tepat, sehingga produksi hutan dapat ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Silvika adalah ilmu yang mempelajari sejarah hidup dan karakteristik pohon dan hutan dengan berbagai faktor lingkungannya. Penguasaan silvika secara baik oleh mahasiswa dan sarjana kehutanan merupakan suatu keharusan. Tanpa penguasaan ilmu silvika secara baik, pilihan pengelolaan hutan untuk optimalisasi hasil hutan berupa “kayu” hanya menjadi impian semata.
Silvika berbasiskan kasus-kasus pertumbuhan pohon yang berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan, seperti: tanah, air, dan iklim dengan berbagai karakteristik yang dijumpai di lapangan.
Penguasaan teori secara baik yang didukung dengan contoh-contoh kasus diharapkan dapat membuka cakrawala dan Sarjana Kehutanan dalam menentukan alternatif pengelolaan hutan berbasiskan kondisi sumberdaya hutan tanpa menyebabkan penurunan kualitas ekologis sumberdaya hutan tersebut.
Ruang lingkup silvika, meliputi:
- Bagaimana pohon tumbuh dan bereproduksi, serta bagaimana lingkungan fisik mempengaruhi proses fisiologi pohon.
- Bagaimana cara lingkungan fisik membentuk perubahan dan karakter suatu komunitas hutan, interaksi antar komponen biologi dalam komunitas hutan.
- Bagaimana komunitas pohon memodifikasi kondisi lingkungan fisik yang mendukung, dan interaksi yang terjadi terus menerus antara vegetasi dan lingkungan fisik sebagai hutan dan selalu berubah sepanjang waktu.
Peran silvika dalam pengelolaan hutan dan lahan, adalah:
- Memahami dan mendiskripsi struktur tegakan yang ada dan interaksi tegakan tersebut dengan faktor lingkungan, seperti: tanah, vegetasi, serangga, iklim mikro, dan interaksi ekologis;
- Memproyeksi sifat struktur tegakan yang dikelola di masa akan datang. Jika perkembangan tegakan sesuai dengan tujuan pengelolaan, maka diperlukan hanya sedikit perlakuan silvikultur. Namun demikian jika perkembangan tegakan tidak sesuai dengan tujuan, maka diperlukan perlakuan berurutan untuk menghasilkan struktur tegakan yang diinginkan.
Buku Silvika
Adapun buku silvika yang biasa digunakan yaitu: SILVIKA EKOFISIOLOGI DAN PERTUMBUHAN POHON karya Samuel A. Paembonan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
Buku ajar ini menjadi salah satu sumber belajar bagi mahasiswa di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin yang berisikan materi ajar tentang bagaimana pohon tumbuh, bagaimana pohon bereaksi terhadap lingkungan tertentu, dan bagaimana faktor lingkungan berpengaruh terhadap proses fisiologi pertumbuhan pohon.
Buku Ajar ini menunjang mata kuliah Silvika yang memelajari pertumbuhan individu jenis pohon dalam hubungannya dengan faktor lingkungan. Secara garis besar materi buku ajar ini terdiri atas pertumbuhan dan perkembangan pohon secara umum dan ekofisiologi pertumbuhan pohon.
Materi buku ajar ini dihimpun dari berbagai sumber yang berhubungan dengan ilmu Silvika, dan merupakan prasyarat bagi mata kuliah Silvikultur.
Silvika Ekofisiologi dan Pertumbuhan Pohon
Penguasaan kompetensi silvika secara baik oleh mahasiswa kehutanan sangat diperlukan untuk menjadi landasan dalam pengelolaan hutan secara lestari. Silvika mempelajari sejarah hidup dan karakter jenis pohon hutan dan tegakan dan kaitannya dengan lingkungannya yang merupakan hubungan saling mempengaruhi.
Pertumbuhan setiap jenis pohon memerlukan faktor-faktor lingkungan tertentu seperti iklim (curah hujan, suhu, kelembaban, angin, sinar surya dan lainnya) dan tempat tumbuh/ tanah (air, unsur hara, pH, struktur tanah dan kondisi lainnya) yang sesuai.
Sebaliknya setiap jenis pohon yang tumbuh dapat mempengaruhi lingkungan seperti pengendalian erosi tanah dan air, mempengaruhi iklim mikro, sebagai habitat satwa, sumber mata air, tempat rekreasi dan lainnya.
Budi daya hutan berkaitan erat dengan kontrol terhadap proses pembentukan tegakan hutan, pertumbuhan pohon, komposisi jenis tumbuhan, dan kualitas tegakan hutan atau vegetasi (Baker dkk., 1979).
Pengetahuan tentang sifat-sifat hutan dan pohon hutan, seperti bagaimana mereka tumbuh, bereproduksi, dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan, dipelajari dalam bidang kehutanan yang disebut dengan silvika.
Silvika merupakan dasar bidang ilmu budidaya pohon, karena budi daya pohon mengandung aspek-aspek penerapan metode penanganan hutan berdasarkan pandangan teori silvika yang dimodifikasi sesuai dengan keadaan dan tujuan pengelolaan hutan.
Silvika membicarakan hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan dan setiap pohon dalam hutan sebagai suatu kesatuan biologis. Di dalam budi daya hutan, keterangan yang diperoleh dari silvika digunakan untuk memproduksi hutan.
Selain itu, prinsip-prinsip dan prosedur teknis dikembangkan untuk melakukan pemeliharaan dan pemudaan hutan secara ilmiah.
Untuk dapat menguasai seni menghasilkan hutan, tidak cukup hanya mengetahui prinsip dan cara teknis budidaya pohon saja, tetapi juga harus mencakup praktik budi daya pohon secara terinci untuk semua jenis kayu yang berharga dan juga tipe-tipe hutannya.
Karena ada ribuan jenis kayu yang tumbuh di hutan Indonesia dan belum semua diketahui mengenai syarat tumbuh maupun aspek budidaya lainnya.
Pengendalian dan kontrol terhadap struktur tegakan hutan menghendaki kaidah-kaidah yang memadukan pengetahuan biologi, pengelolaan, dan ekonomi.
Kaidah tersebut harus sesuai dengan kerangka yang dapat diterima oleh masyarakat karena tidak ada sesuatu yang benar-benar merupakan sistem budidaya pohon yang baik bila pada saat itu pula tidak mengandung pengertian pengelolaan dan nilai sosial yang baik.
Konsep dasar budidaya pohon adalah bahwa pemilihan perlakuan silvikultur yang tepat, baik pada hutan alam maupun pada hutan tanaman, bergantung pada tingkat kontrol interaksi genotip-lingkungan terhadap perkembangan fisiologis tegakan.
Kontrol struktur tegakan berarti kontrol pertumbuhan pohon dan tumbuh-tumbuhan lain dalam tegakan hutan yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan.
Mengingat bahwa pertumbuhan setiap tumbuhan dikendalikan oleh interaksi genotip-lingkungan, maka seorang kehutanan hams menyadari bahwa semua perlakuan, termasuk pemungutan hasil hutan, penjarangan tegakan hutan, persiapan lokasi tanam, dan pemupukan itu berpengaruh langsung terhadap interaksi tersebut (Baker dkk., 1979).
Oleh karena itu, keberhasilan dalam mencapai tujuan pengelolaan hutan sangat ditentukan oleh kemampuan seorang kehutanan meramalkan berbagai alternatif perlakuan dalam membentuk lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan pohon.
Demikianlah pembahasan mengenai silvika semoga bisa bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita semua mengenai materi ini, sekian terima kasih.