Sejarah Agraris dan Maritim

Sejarah Agraris dan Maritim

Sejarah Agraris dan Maritim – Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian. Tak hanya itu, Indonesia juga menyandang status negara maritim dengan kekayaan laut yang melimpah. 

Namun, status Indonesia sebagai negara agraris dan negara maritim tak serta merta membuat para petani dan nelayan sejahtera. Sebaliknya, banyak petani dan nelayan Indonesia hidup di garis kemiskinan.

Sebelum perdagangan maritim dengan melalui rute rempah-rempah(spice route) berkembang semenjak awal abad masehi, rempah-rempahdari kepulauan Indonesia belum menjadi komoditi perdagangan global.

Rempah-rempah yang dikonsumsi oleh bangsa Mesir, Yunani, danRomawi awal tentu tidak berasal dari kepulauan Indonesia tetapi berasaldari daerah lain seperti lada dari Gujarat (India) dan kayu manis dari Srilangka.

Seiring berjalannya waktu permintaan terhadap berbagai komoditi dagang dari negeri-negeri sebrang kian bertambah. 

Hal ini membuat India tidak mampu lagi menopang permintaan tersebut disamping persediaan rempah-rempah yang tak lengkap.

Berbeda dengan indonesia yang dapat menghasilkan berbagai jenis rempah-rempah membuat terjadinya revolusitransportasi yang asalnya terfokus dengan jalur darat yaitu di jalur sutera,kini mulai merambah ke jalur laut.

Perubahan rute perdagangan global ini di samping dipicu olehketidakamanan jalan darat melalui Asia Tengah juga permintaan produkrempah-rempah yang semakin meningkat yang mampu dihasilkan jugadaerah daerah kepulauan di Nusantara. 

Sejak saat itu geliat perdagangan rempah-rempah menjadi sangat spektakuler. Perdagangan rempah-rempahini menjadi driving force bagi kegiatan perdagangan dan pelayaran secaraumum selama berabad abad. 

Perdagangan maritim telah memberikandampak bagi lahirnya berbagai kerajaan di Nusantara seperti Sriwijaya,Majapahit, Demak, Ternate, Tidore, Tuban, dan sebagainya.

Sejarah Agraris dan Maritim di indonesia

Pentingnya penghampiran terhadap sejarah maritim sesungguhnya bukan sekedar persoalan “keadilan historiografi”, tapi lebih daripada itu. Indonesia sekarang lebih memosisikan diri sebagai negara agraris. 

Diversifikasi makanan pun lebih berorientasi pada makanan agraris. Aktivitas perekonomian dan komoditas perekonomian pun lebih mengandalkan darat daripada laut. Padahal luasan wilayah Negara Republik Indonesia itu hampir dua per tiganya adalah lautan.

Realitas lain menunjukkan gejala kritis dalam berbagai hal. Misalnya saja berkurangnya luasan lahan sawah akibat dari perubahan fungsi lahan tanah. Hal ini berimplikasi banyak, salah satunya adalah potensi krisis pangan. 

Perbandingan ketersediaan lapangan kerja dengan jumlah pencari kerja yang tidak seimbang. Hal ini berimplikasi pada terus meningkatnya angka pengangguran yang selanjutnya berpengaruh pada peningkatan angka kriminalitas. 

Selain itu, potensi terjadinya disintegrasi bangsa selalu menghantaui negeri ini. Oleh karena itu, salah satu solusi mengatasi berbagai persoalan bangsa adalah memberi perhatian yang wajar dan proporsional terhadap sektor maritim. 

Bahkan ada yang mengusulkan agar Indonesia menjadi negara maritim, bukan negara agraris lagi. Bila hal itu disepakati maka untuk membangun negara bahari diperlukan landasan budaya dan nilai bahari yang kuat. 

Untuk membangun “Indonesia Baru” sebagai negara bahari peran sejarah maritim sangat penting. Melalui pengkajian terhadap sejarah maritim diharapkan terjadi penanaman nilai-nilai budaya bahari dan memperkuat integrasi bangsa. 

Dikaitkan dengan kepentingan praktis, sejarah maritim dapat mengungkap setidaknya dua persoalan. Pertama seberapa jauh nilai-nilai integrasi bangsa ditanamkan dalam jiwa segenap generasi muda bangsa Indonesia. Kedua adalah sosialisasi dan enkulturasi nilai-nilai budaya bahari kepada segenap anak bangsa.

Urgensitas Sejarah Maritim

Sekait dengan arti pentingnya sejarah maritim, maka kehadiran jenis sejarah ini jadi makin mendesak dengan beberapa pertimbangan (Sulistyo, 2009). 

Pertama, secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Kawasan yang demikian luas ini dihuni oleh berbagai kelompok etnis yang selama berabad-abad telah menggunakan laut sebagai wahana untuk saling berkomunikasi. 

Sejarah maritim akan menjadi wahana untuk membangkitkan kesadaran mengenai proses-proses historis yang telah mengantarkan terbentuknya apa yang kemudian disebut sebagai nasion Indonesia.

Kedua, sejarah maritim sangat cocok untuk dijadikan medium sosialisasi dan enkulturasi nilai-nilai budaya bahari sebagai landasan untuk membangun negara bahari di masa yang akan datang.

Ketiga, secara substansial sejarah maritim akan mampu menyediakan wacana yang luas mengenai kemunikasi lintas budaya antara satu komunitas dengan komunitas yang lain yang menjadi dasar bagi proses integrasi di kalangan masyarakat Indonesia. 

Melalui laut terjadilah komunikasi lintas budaya lewat pelayaran dan perdagangan. Kondisi kebaharian pun mengandung dinamika yang menciptakan kesatuan, hubungan antar manusia dan antar bangsa lewat transportasi, perdagangan, dan pertemuan budaya. Semua ini dapat memperkokoh integrasi bangsa di masa mendatang sebagai negara bahari.

Keempat, penanaman civic education diajarkan melalui sosio-kultural dalam menanamkan nilai-nilai integrasi bangsa.

Historiografi dan pembelajaran sejarah seringkali menciptakan dan memperkuat ingatan kolektif mengenai pengalaman masa lampau yang mudah dibangkitkan kembali jika terjadi persoalan-persoalan aktual yang terjadi.

Itulah informasi yang bisa kami bagikan, semoga informasi yang kami bagikan ini bermanfaat dan terima kasih telah membaca.  

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *