gender<\/a> atau pemilahan peran sosial laki-laki dan perempuan merupakan hasil dari konstruksi sosial dan budaya melalui pembiasaan,sosialisasi, budaya dan pewarisan budaya sejak anak dilahirkan ke dunia yang dipengaruhi oleh waktu dan tempat (Suryadi dan Idris, 2004).<\/span><\/p>\nPada prinsipnya gender bisa berbeda dan dipengaruhi oleh waktu dan tempat sehingga tidak bisa berlaku universal dan tetap menetap (Suryadi dan Idris, 2004).\u00a0<\/span><\/p>\nMansour Fakih (1996) dalam bukunya menyebutkan bahwa konsep gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.<\/span><\/p>\nMedia adalah salah satu instrumen utama dalam membentuk konstruksi gender pada masyarakat. Media yang memiliki karakteristik dengan jangkauannya yang luas, bisa menjadi alat yang efektif dalam menyebarluaskan konstruksi gender kepada masyarakat.<\/span><\/p>\nGender memang bukan kodrat atau ketentuan Tuhan, melainkan buatan manusia, buatan masyarakat atau konstruksi sosial. Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender.\u00a0<\/span><\/p>\nNamun, timbul persoalan bahwa perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan. Walaupun laki-laki tidak menutup kemungkinan akan menjadi korban ketidakadilan gender, tetapi perempuan masih tetap menduduki posisi tertinggi sebagai korban ketidakadilan gender.<\/span><\/p>\nGender berperan dalam media massa dan terwakili dalam platform media. Platform ini tidak terbatas pada film, radio, televisi, iklan, media sosial, dan video game.\u00a0<\/span><\/p>\nAda inisiatif dan sumber daya untuk mempromosikan kesetaraan gender dan memperkuat pemberdayaan perempuan di industri dan representasi media.\u00a0<\/span><\/p>\nMisalnya, UNESCO, bekerja sama dengan Federasi Jurnalis Internasional, menguraikan Indikator Sensitif Gender untuk Media yang berkontribusi terhadap kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di semua bentuk media.<\/span><\/p>\nmenurut Mansour Fakih, ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, di antaranya marjinalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi.\u00a0<\/span><\/p>\nAtau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan stereotipe, atau melalui pelabelan negatif, kekerasan, beban kerja lebih panjang, serta sosialisasi ideologi peran gender.\u00a0<\/span><\/p>\nKetidakadilan gender inilah yang digugat ideologi feminis, yang berangkat dari suatu kesadaran akan suatu penindasan dan pemeresan terhadap wanita dalam masyarakat.<\/span><\/p>\nBaik itu di tempat kerja ataupun dalam konteks masyarakat secara makro, serta tindakan sadar, baik oleh perempuan atau pun laki-laki dalam mengubah keadaan tersebut.<\/span><\/p>\nPentingnya jurnalis dan institusi media mempunyai sensitif yang tinggi dalam permasalahan perempuan, dan untuk menghasilkan jurnalisme yang berperspektif gender, sepertinya profesional media massa harus bekerja keras.\u00a0<\/span><\/p>\nSetidaknya, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan para pelaku media massa, yaitu: pertama, kemampuan profesional, etika dan perspektif pelaku media massa terhadap permasalahan gender masih rendah.\u00a0<\/span><\/p>\nAkibatnya, hasil penyiaran belum sepenuhnya mampu mengangkat permasalahan perempuan pada arus utama (mainstream).<\/span><\/p>\nKedua, media massa belum mampu melepaskan diri dari perannya sebagai medium ekonomi kekuasaan, baik yang datang dari penguasa, otoritas intelektual, ideologi poitik, ataupun pemilik modal.<\/span><\/p>\nKetiga, kurangnya peran aktif dan representasi perempuan dalam media massa menjadikan perempuan sulit untuk keluar dari posisi keterpurukannya saat ini.<\/span><\/p>\nKeempat, perlu pengubahan paradigma pada media massa berkaitan dengan pencitraan perempuan yang selama ini dipakai.\u00a0<\/span><\/p>\nPencitraan perempuan dalam media, yang selama ini cenderung seksis, objek iklan, objek pelecehan dan ratu dalam ruang publik, perlu diperluas wacananya menjadi perempuan yang mampu menjadi subjek dan mampu menjalankan peran\u2013peran publik dalam ruang publik.<\/span><\/p>\nMedia gender and identity\u00a0<\/b><\/h2>\n
Media populer menyajikan beragam cerita tentang perempuan dan laki-laki. Apa dampak gambaran dan gagasan ini terhadap identitas masyarakat?<\/span><\/p>\nEdisi baru Media, Gender dan Identity merupakan pengantar yang mudah dibaca mengenai hubungan antara media dan identitas gender saat ini.\u00a0<\/span><\/p>\nDirevisi dan diperbarui sepenuhnya, termasuk studi kasus baru dan bab baru, laporan ini mempertimbangkan berbagai penelitian dan memberikan cara berpikir baru tentang pengaruh media terhadap gender dan seksualitas.<\/span><\/p>\nDavid Gauntlett membahas film seperti Knocked Up dan Spiderman 3, majalah pria dan wanita, acara TV, buku pengembangan diri, video YouTube, dan banyak lagi, untuk menunjukkan bagaimana media berperan dalam membentuk identitas diri individu.<\/span><\/p>\nMedia gender equality\u00a0<\/b><\/h2>\n
Media mempunyai pengaruh yang signifikan dalam membentuk pemikiran dan tindakan kita, merefleksikan dan mempengaruhi struktur dan sistem masyarakat.\u00a0<\/span><\/p>\nHal ini memegang kekuasaan atas pemahaman kita tentang gender, termasuk norma, peran dan stereotip.\u00a0<\/span><\/p>\nNorma gender, atau ekspektasi dan standar masyarakat yang menentukan bagaimana individu harus berperilaku dan memenuhi peran tertentu berdasarkan persepsi gendernya, memainkan peran penting dalam distribusi kekuasaan dalam masyarakat.\u00a0<\/span><\/p>\nNorma-norma ini juga tercermin dalam struktur media seperti organisasi, asosiasi, dan redaksi. Untuk mengatasi hal ini, UNESCO berkomitmen untuk mempromosikan kesetaraan gender di dalam dan melalui media.\u00a0<\/span><\/p>\nOrganisasi ini bertujuan untuk mencapai hal ini dengan mendorong kesetaraan gender dalam konten media, meningkatkan liputan media tentang isu-isu terkait gender, menerapkan dan meningkatkan praktik pelaporan responsif gender di seluruh bidang tematik, dan mempromosikan kesetaraan gender dan kesetaraan di ruang redaksi.<\/span><\/p>\nItulah informasi yang bisa kami bagikan, semoga informasi yang kami bagikan ini bermanfaat untuk kalian semua dan terima kasih telah membaca.\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0<\/span><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"Media dan Gender \u2013 Media massa bukan merupakan faktor tunggal yang memengaruhi persepsi masyarakat terhadap bias gender.\u00a0 Namun intensitas konsumsi masyarakat terhadap media, dimungkinkan dapat memperkokoh stereotip yang memang sudah ada dalam nilai-nilai masyarakat.\u00a0 Media massa memang bukan yang melahirkan ketidaksetaraan gender, namun media massa dapat memperkokoh, melestarikan, bahkan memperburuk ketidakadilan terhadap perempuan dalam masyarakat. […]<\/p>\n","protected":false},"author":2,"featured_media":53355,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[8002],"tags":[],"class_list":["post-53354","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-kunci-jawaban"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.akreditasi.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/53354","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.akreditasi.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.akreditasi.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.akreditasi.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/2"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.akreditasi.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=53354"}],"version-history":[{"count":2,"href":"https:\/\/www.akreditasi.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/53354\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":53357,"href":"https:\/\/www.akreditasi.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/53354\/revisions\/53357"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.akreditasi.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/53355"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.akreditasi.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=53354"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.akreditasi.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=53354"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.akreditasi.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=53354"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}